Selasa, Juli 14, 2009

Puisi-puisi Lama


Ada suatu masa ketika hanya kata-kata saja yang bisa dihasilkan sebagai sebuah karya. Mengenang kembali masa itu memberi banyak pelajaran tentang kehidupan. Karena bukan cuma kata-kata saja yang bisa dicerna, tapi sejumlah peristiwa yang melahirkannya juga bisa menjadi bahan renungan untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Renungan bagi yang menulis, tentu berbeda dengan yang hanya membacanya. Memerlukan energi ekstra bagi pembaca untuk mencoba berimajinasi, sedang apa penulisnya ketika melahirkan kata-kata ...


O P O R T U N I S

Senyummu
Basa-basi
Bicaramu
Penuh tendensi
Pertanyaanmu
Investigasi
Perhatianmu
Investasi

Tangismu
Cari simpati
Teriakanmu
Bikin sensasi
Marahmu
Untuk apologi
Diammu
Pasang strategi

Belajarmu
Cari posisi
Hobimu
Buat opini
Do'amu
Minta kursi
Hidupmu
Mati !

Yogya, Mei 1993


EKSEPSI SEORANG PELACUR

Aku tidak pernah menjual tubuhku
Aku hanya memerankan sebuah adegan
Memenuhi tuntutan skenario
Mengikuti arahan sang sutradara
Untuk itu aku dibayar
Salahkah aku ?

Untuk apa aku dilokalisasi ?
Diberi penyuluhan
Bukankah aku jauh lebih sopan
Lebih layak meraih citra
Daripada mereka yang mengobral paha dan dada
Di hadapan ratusan ribu pasang mata
Lalu berkata, "Sebenarnya aku jijik melakukannya !"
Sambil menyingkap rok mini
Di depan wartawan yang mengerumuninya

Kau tahu sekarang
Aku tak kalah pintar
Dengan petugas Tibum
Yang menyebut penggusuran sebagai penertiban
Aku masih lebih hebat
Dibanding wartawan
Yang pandai mengemas informasi
Menjadi sebuah sensasi
Bahkan aku tak kalah cerdas
Dengan Bapak Menteri
Yang memberi istilah penyesuaian
Untuk setiap kali keputusan kenaikkan harga
Aku jauh lebih memumpuni
Ketimbang para pakar ilmu sosial
Mereka bicara tentang kemiskinan
Aku setiap hari memeranginya
Dengan segenap jiwa ragaku

Tapi aku masih juga
Dijuluki sampah masyarakat
Bahkan tamuku semalam
Yang paling keras teriakannya
Apakah ia pula
Yang akan memberiku penyuluhan ?


Tegal Sari, Semarang, Mei 1993



DO'A PERMULAAN



Ya Allah
Tumbuhkanlah dalam diriku rasa cinta
Pada semua yang Engkau ridhoi
Tanamkanlah kebencian dalam dada
Pada segala yang Engkau laknat

Bukakanlah mataku
Agar menjadikan setiap kebenaran
Indah dalam penglihatanku
Tundukkanlah mataku
Sehingga setiap bentuk kebathilan
Menjadi sesuatu yang tak sedap dalam penglihatanku

Tajamkanlah telingaku
Agar mampu membedakan
Suara kebenaran meski dalam kalimat yang menyakitkan
Suara kebathilan walau dikemas dalam bahasa ilmiah

Peliharalah mulutku
Agar senantiasa mengucapkan sesuatu yang benar
Meski orang lain enggan mengatakannya
Bahkan untuk mendengarnya
Kendalikanlah mulutku
Agar tidak menjadi juru bicara syaithan
Meski aku jadi populer karenanya

Jagalah perutku
Agar hanya mau menerima
Apa yang menjadi haknya

Kendalikanlah tanganku
Agar senantiasa ringan
Dalam membela kebenaran
Dan menumpas kebathilan

Arahkan kakiku
Agar selalu mengikuti petunjuk-Mu

Bersihkanlah hatiku
Dari segala noda yang menggerogoti
Rasa cintaku pada-Mu
Amin

Kebumen, Agustus 1993


DO'A PENGHABISAN


Jika adalah do'a ini
Karena aku takut menderita
Semoga tidak Engkau kabulkan

Jika adalah do'a ini
Karena aku iri dan serakah
Hendak meraih sesuatu
Yang sesungguhnya menjadi hak orang lain
Semoga tidak Engkau kabulkan

Karena do'aku
Bukanlah keluhan atas sebuah penderitaan
Bukan permintaan atas sebuah keinginan
Tapi do'aku
Adalah pengakuan kelemahanku
Adalah penghargaan atas kekuasaan-Mu
Adalah dambaan cinta dari-Mu
Medah-mudahan Engkau kabulkan
Amien

Kebumen, Agustus 1993




CERITA BIASA


Anak-anak memaki malam
yang tak lagi memberikan mimpi


Orang-orang tua memaki siang
yang tak pernah menyisakan rezki

Malam dan siang terus bertengkar
saling berebut posisi

1993

Tidak ada komentar: