Kamis, Maret 11, 2010

Mengantisipasi Krisis



Seorang bos hendak mempresentasikan penawaran proyek kepada calon kliennya. Waktunya sudah disepakati pukul 10.00 pagi. Pukul 08.00 pagi ketika si bos mengecek kesiapan bahan presentasi ke sekretarisnya ternyata belum siap semua. Meledaklah amarahnya. Dipanggillah semua staf perencanaan, beragam caci maki keluar bak melepas seluruh penghuni kebun binatang. Pukul 10.00 lewat, presentasi batal dan proyek pun melayang.

Haruskah si bos marah menghadapi kenyataan belum siapnya bahan presentasi ? Mari kita coba mempelajari situasi ini secara jernih. Yang perlu dilakukan seharusnya adalah mencoba menghubungi calon klien untuk menegosiasikan penundaan waktu presentasi. Bila tidak bisa ditunda, maka perlu dicek ulang bahan apa saja yang belum siap, apakah bahan tersebut memuat penjelasan penting dari penawaran tersebut atau sekadar pelengkap. Dari sini muncul beberapa alternatif tindakan yang bisa dilakukan.

Kalau bahan yang belum siap hanya bersifat pelengkap, presentasi bisa dipersingkat atau penjelasan inti bisa diuraikan lebih rinci. Jika pokok bahasan terpenting yang justru belum siap, maka perlu direkayasa agar klien tertarik untuk meminta presentasi jilid dua. Berbagai kemungkinan masih bisa terjadi, yang penting peluang untuk mendapatkan proyek tetap terbuka.

Mari bandingkan kedua sikap yang berbeda dan akibat yang mungkin terjadi. Ketika si bos mengantisipasinya dengan sebuah kemarahan, hasilnya hanya satu alternatif, proyek dipastikan gagal ! Si bos hanya mendapatkan pelampiasan sesaat, bukan jalan keluar masalah. Staf yang menjadi obyek pelampiasan kekesalan bosnya bisa jadi menyimpan dendam, kinerjanya memburuk dan mungkin segera pindah ke perusahaan lain. Apa jadinya kalau lebih dari satu staf yang mengambil langkah seperti itu ? Akibat pensikapan bos yang keliru, ketidaksiapan sebuah presentasi bisa berdampak sistemik terhadap nasib perusahaan.

Kalau si bos mensikapinya dengan pikiran jernih, masih banyak alternatif yang mungkin terjadi. Kalaupun proyek akhirnya tetap gagal diraih, ada sejumlah pelajaran yang bisa dipetik. Minimal rekomendasi untuk perbaikan mekanisme dan kinerja tim dalam perusahaan. Kebesaran jiwa si bos akan membuat seluruh staf berlapang dada memperbaiki kekurangannya. Kekecewaan kolektif karena tidak berhasil mendapatkan proyek akan membangkitkan energi besar untuk mendorong perbaikan kinerja agar bisa mendapatkan proyek lainnya.

Anda mungkin juga sering menghadapi situasi seperti ini dalam bentuk yang berbeda. Intinya sama, satu kekeliruan menciptakan krisis di hadapan anda. Kunci penyelesaiannya satu, cukup sekali berbuat keliru. Jangan bertindak reaktif yang bisa memicu tindakan keliru berikutnya. Pikirkan dengan jernih apa yang akan anda lakukan. Jika menyangkut kerja tim, diskusikanlah sebentar dengan tim kerja anda sebelum bertindak. Pada akhirnya krisis menjadi ujian yang bisa membuat anda habis atau justru semakin eksis. Tanyakan saja kepada mereka yang masih tetap eksis, pasti karena mereka bijak dalam mengantisipasi krisis.

Majalah Khalifah, No. 20, Maret 2010.