Selasa, Februari 10, 2009

The Man Behind The Fund

Jagong Bareng Kang Juki
Buletin Almansur, 6 Pebruari 2009


Ada sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan, yang konon sering jadi tempat nongkrong para kepala daerah (Gubernur, Bupati/Walikota). Apa yang mereka lakukan ? Lobi. Besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang akan diperoleh setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota konon bisa dinegosiasi. Mungkin, begitu pula dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). Syukur-syukur ada juga investor yang ikut nongkrong sehingga bisa ikut dilobi juga.

Namanya juga lobi, tidak sekali dua ketemu melahirkan kata sepakat. Sehingga tak cukup sehari pula para kepala daerah itu berada di Jakarta. Bahkan mungkin juga tak cukup sebulan sekali mereka pergi ke Jakarta, alias meninggalkan daerah yang dipimpinnya. Bisa jadi lobi membuahkan hasil DAU dan DAK meningkat, plus ada investor yang bisa digaet. Entah berapa persen peningkatannya dan berapa besar nilai investasinya, seban-ding dengan besarnya biaya lobi atau tidak, sepertinya dianggap tidak penting.

Dana dan investasi memang penting untuk membangun daerah, sehingga hampir semua kepala daerah berjuang keras untuk mendapatkannya. Namun meski penting bukanlah yang paling penting. Yang lebih penting adalah pengelola dana dan investasi tersebut, yakni manusianya. Kalau hanya terfokus pada besarnya dana, bisa jadi berapapun besarnya akan sia-sia. Karena rendahnya kualitas manusia yang mengelolanya, baik dari sisi mental, pengetahuan maupun ketrampilannya. Yang terjadi kemudian adalah korupsi atau minimal inefisiensi.

Karena itu perhatian terhadap kualitas manusianya jauh lebih penting. Dulu Indonesia akhirnya meraih kemerdekaan antara lain juga karena faktor the man behind the gun (manusia pemakai senjatanya). Maka keberhasilan dalam mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan antara lain juga akan dipengaruhi faktor the man behind the fund (manusia pengelola dananya). Mudah-mudahan para pemimpin bangsa ini menyadari untuk kemudian melakukan tindakan nyata.

Tidak ada komentar: