Minggu, Januari 10, 2010

Mengatasi Keterbatasan


“Obama umur 48 sudah jadi Presiden AS, mengapa Ayah umur 50 baru jadi Kepala Desa ?” Pertanyaan sederhana seorang anak kepada ayahnya ini, sepintas bak sebuah lelucon yang mengundang senyum geli. Namun bila dikaji lebih jauh sebenarnya memiliki kedalaman makna bila dikaitkan dengan pengembangan potensi diri. Cakupan permasalahan yang ditangani Presiden AS dan kepala desa sangat tidak sebanding, baik menyangkut luas wilayah maupun jumlah penduduknya. Sehingga substansi pertanyaan anak tersebut sebenarnya adalah mengapa kemampuan ayahnya dalam menangani masalah lebih rendah dibandingkan orang yang lebih muda ?

“Kemampuan manusia kan berbeda-beda dan ada batasnya !” Begitu alasan yang kemudian akan dimunculkan. Alasan yang benar tapi tidak selalu tepat. Benar sebab memang demikian keadaannya, tidak tepat karena perbedaan dan batas kemampuan manusia adalah sesuatu yang abstrak. Baru bisa disimpulkan setelah yang bersangkutan melakukan usaha secara maksimal. Banyak kejadian seorang yang prestasi akademisnya sewaktu di SD dan SMP biasa-biasa saja, bisa berkembang menjadi mahasiswa teladan ketika kuliah. Sebaliknya yang sebelumnya menjadi bintang pelajar sewaktu di SD dan SMP malah kemudian drop out kuliah.

Kuncinya jelas bukan karena kemampuannya berubah, tapi lebih pada perkembangan pribadi dalam mengatasi berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Ada yang semakin bisa mengelola keterbatasannya ada yang tidak, sehingga seolah-olah sudah mencapai puncak kemampuannya untuk kemudian stagnan atau malah justru menurun. Di sinilah perlunya kemampuan didukung oleh kemauan agar bisa memberikan hasil yang optimal.

Sebagai sebuah ilustrasi, kemampuan manusia bisa diibaratkan seperti kemampuan sebuah toples untuk menyimpan kue kering. Kalau langsung diisi dengan kue-kue kecil begitu toples penuh tidak bisa diisi dengan kue yang lebih besar, sehingga hanya satu jenis kue kecil yang bisa diwadahi. Tapi jika toples diisi kue dengan ukuran yang lebih besar dahulu, akan beragam ukuran kue yang bisa ditampung dalam toples. Ketika kue ukuran besar sudah tidak bisa masuk lagi, kue ukuran yang lebih kecil masih dimasukkan di sela-sela kue yang lebih besar, begitu seterusnya sampai toples benar-benar penuh terisi kue-kue dengan beragam ukuran.

Demikian pula halnya dengan kemampuan manusia, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak. Jika hanya digunakan untuk menangani hal-hal kecil saja akan membatasi kemampuannya hanya pada penanganan masalah masalah-masalah kecil juga. Sebaliknya kalau mau menggunakannya untuk menangani persoalan-persoalan besar dan meluangkan kesempatan untuk menangani masalah yang lebih kecil, akan membuat pemanfaatan kemampuannya lebih optimal dalam menangani berbagai persoalan. Sehingga meskipun sama-sama memiliki keterbatasan kemampuan namun karena cara mengelolanya berbeda-beda membuat kualitas manusia akhirnya juga berbeda-beda.
Karena itu jangan terus menerus berkutat pada gagasan kecil, buatlah gagasan besar tanpa harus melupakan gagasan kecil, karena keduanya sama-sama harus diwujudkan ! Yang harus selalu diingat Allah SWT menegaskan “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al An’am 132). Selamat mencoba.

Majalah Khalifah, Edisi 18, Januari 2010