“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al
Baqarah: 183)
Alhamdulillah, setelah sebelas
bulan berlalu, kita bisa bertemu kembali dengan syahrul mubarok (bulan yang diberkahi), yakni bulan Ramadhan. Menyambut
kehadirannya, sangat tepat bagi kita untuk mengevaluasi diri, selama sebelas
bulan ini amalan bulan Ramadhan apa saja yang masih dipertahankan, atau malah
sudah tidak berbekas sama sekali? Apa amalan di bulan Ramadhan dianggap sebuah
beban, sehingga langsung ditinggalkan dengan rasa lega seiring usainya bulan
Ramadhan?
Setiap bulan Ramadhan tiba, lantunan
surat Al Baqarah ayat 183 demikian sering kita dengar, membuat kita dengan cepat
hafal di luar kepala. Sudahkah kita memahami inti sari ayat yang terjemahannya
menjadi pembuka tulisan ini? Tiga hal yang terkandung dalam ayat tersebut,
yakni: orang beriman, kewajiban berpuasa dan orang bertakwa.
Kewajiban berpuasa merupakan
konsekuensi dari pengakuan keimanan seseorang, baik percaya akan kekuasaan
Allah SWT maupun kemampuan-Nya dalam mengatur alam seisinya, termasuk manusia.
Jika dicermati inti dari berpuasa adalah pengendalian diri, agar tidak
melakukan sesuatu sebelum saatnya tiba, memperbanyak tindakan yang bermanfaat
dan menghindari yang kurang bermanfaat, baik bagi diri sendiri apalagi bagi
orang lain. Apa yang dilakukan selama berpuasa akan searah dengan tujuannya, yaitu
menjadi orang bertakwa, orang yang taat menjalankan semua perintah dan menjauhi
semua larangan Allah SWT sesuai ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Pada akhirnya bulan Ramadhan ini
kesempatan terbaik bagi setiap muslim untuk meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah SWT,
meskipun banyak orang malah melakukan yang sebaliknya. Seandainya belum bisa
memahami hikmah dibalik perintah dan larangan Allah SWT, berusahalah untuk
mempelajari. Namun jika tetap belum bisa memahami tetaplah menjalani sambil
terus berusaha memahami. Karena derajat takwa adalah proses yang terus berjalan
dan baru boleh berhenti saat manusia akhirnya meninggal dunia. Wallahu a’lam bi shawab. (Achmad
Marzoeki)
Kebumen Ekspres, Kamis, 18 Juni 2015, hal-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar