Oleh: Achmad Marzoeki
"Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.
Al A’raf: 31)
Salah satu yang harus kita
kendalikan selama berpuasa adalah makan dan minum. Bukan hanya dengan menahan
diri untuk tidak makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari,
melainkan juga agar tidak berlebih-lebihan makan dan minum di malam hari. Tentu
ibadah puasanya akan menjadi kurang bermakna apabila di siang hari berpuasa, malam harinya makan apa saja tanpa
kendali. Perut yang kenyang rasa kantuk akan segera datang, lalu bagaimana
dengan ibadah malam selama bulan Ramadhan?
Rasululullah SAW memberi
contoh dalam berbuka puasa cukup dengan kurma dan bila tidak menemukan berbuka
dengan air (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Kalau
kemudian kita hendak makan makanan lainnya, kita perlu memahami rambu-rambu
yang diberikan. Selain dalam surat Al A’raf ayat 31, rambu lainnya disebutkan dalam sebuah hadits, “Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia,
kecuali perutnya, karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk
menegakkan punggungnya. Kalaupun ia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi
untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan At-Tirmidzi).
Makan dan minum
berlebihan juga mengundang berbagai penyakit dalam tubuh misalnya hipertensi
dan diabetes melitus. Minimal akan menyebabkan pemborosan, kontradiktif dengan ibadah
puasa itu sendiri. Dengan tidak makan dan minum di siang hari semestinya
konsumsi harian menurun, karena umumnya manusia lebih banyak mengkonsumsi
makanan saat siang dibanding malam hari. Bila konsumsinya malah naik,
hakekatnya tidak lagi berpuasa melainkan hanya mengubah jadwal dan pola makan
harian.
Kemampuan mengendalikan makan dan minum, menjadi langkah
awal pengendalian keinginan lainnya. Suami istri harus mengendalikan
keinginannya selama berpuasa. Apalagi yang bukan atau belum menjadi suami
istri. Yang suka berdusta harus belajar meninggalkan kebiasaannya. Rasulullah
SAW mengingatkan, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta
malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia
tahan.” (HR.
Bukhari no. 1903). Wallahu
a’lam bi shawab.
Kebumen Ekspres, Jum'at 19 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar