Istiqomah Nomor 10 Tahun XI Desember 2008 (Edisi Kebumen)
Terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat, 4 Nopember 2008 yang lalu, diyakini akan kian menggairahkan minat kaum muda Indonesia menyongsong Pemilu 2009. Gerakan “Saatnya Kaum Muda Memimpin”, yang pernah dideklarasikan semakin bertambah amunisinya.
Memang, mundurnya Rizal Malaranggeng sebagai salah satu bakal capres dari kalangan muda sedikit menciderai momentum tersebut. Namun setidaknya hal itu bisa menjadi catatan bagi para kandidat-kandidat muda, baik untuk kursi legislatif maupun eksekutif, kekuasaan tidak cukup diraih dengan iklan. Semuanya harus diperjuangkan melalui kompetisi yang ketat, menguras tenaga, pikiran dan tentu saja biaya. Sebelum mengalahkan McCain, Obama mesti berjuang keras lebih dahulu untuk mengalahkan kandidat Partai Demokrat yang lain Hillary Rodam Clinton. Sungguh sebuah kompetisi yang ketat dan tidak mudah diikuti oleh mereka yang hanya bermodal usia muda semata.
Kompetisi caleg-caleg muda
Akan sangat menarik untuk menunggu bagaimana para caleg-caleg muda dengan berragam latar belakang partai dan berbeda nomor urut mencoba berjuang meraih kursi legislatif. Apakah mereka menyiapkan diri secara serius untuk bisa menduduki kursi legislatif ? Atau sudah cukup puas namanya pernah tercantum dalam Daftar Calon Tetap (DCT) meski pada nomor sepatu ? Perjalanan proses pemilu yang nanti akan membuktikannya.
Masa kampanye yang lebih panjang dibanding pemilu-pemilu sebelumnya, menantang kaum muda untuk menunjukkan kreatifitasnya dalam berpolitik. Dengan kompetitor yang banyak, baik dari caleg sesama partai (karena ada partai yang memberlakukan suara terbanyak untuk meraih kursi legislatif) maupun dari partai lain (meski tak sebanyak Pemilu 1999 yang diikuti 48 partai), mengharuskan setiap caleg untuk mengerahkan segenap kemampuannya dalam menjaring minat pemilih. Apalagi dari berbagai survey menunjukkan tingginya angka swing voters yang masih mungkin untuk diperebutkan.
Selain kreatifitas, masa kampanye yang panjang juga menuntut stamina, agar proses sosialisasi seorang kandidat mencapai puncaknya menjelang hari H pemilu. Tanpa mengatur stamina, bukan tidak mungkin proses sosialisasi terhenti di tengah jalan, sehingga sebelum pelaksanaan pemilu masyarakat justru malah melupakan namanya.
Bagaimana di Kebumen ?
Tantangan bagi generasi muda di Kebumen tidak hanya untuk tampil dalam Pemilu 2009, tapi juga dalam Pilkada 2010. Jauh sebelum Rustriningsih meninggalkan kursi Bupati karena terpilih sebagai Wakil Gubernur Jateng, sudah banyak tokoh yang berancang-ancang untuk berkompetisi dalam Pilkada Kebumen 2010. Alasannya jelas, dalam pilkada tersebut tidak ada calon incumbent, sehingga peluang setiap kandidat hampir dikatakan merata.
Namun terpilihnya Rustriningsih sebagai Wagub Jateng, yang membuat Wabup KH Nashiruddin Al Mansur menggantikan kedudukannya bisa mengubah peta persaingan. Apabila KH Nashirudin Al Mansur kelak memutuskan untuk mencalonkan diri dalam pilkada nanti, maka statusnya menjadi calon incumbent.
Memang tidak ada jaminan, seorang calon incumbent bisa dengan mudah memenangkan pertarungan, hanya saja untuk kondisi Kebumen memang masih agak susah melawan calon incumbent, terutama dalam proses sosialisasi kandidat. Kecuali kandidat didukung oleh partai yang memiliki mesin politik yang solid.
Dengan kondisi tersebut, mungkinkah nanti akan muncul seorang kandidat dari jalur independen ? Sangat menarik untuk ditunggu. Yang jelas, jika untuk tingkat Pilpres 2010 saja mulai banyak kalangan muda yang siap berkompetisi, mengapa untuk Pilbup Kebumen tidak ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar