Jagong Bareng Kang Juki
Buletin Almansur, 13 Pebruari 2009
Di masa orde baru, pembangunan daerah acapkali menghadirkan beda pemahaman. Pembangunan untuk (kepentingan) daerah atau pembangunan di daerah (entah untuk kepentingan siapa) ? Kini, saat otonomi daerah sudah demikian luas, pembangunan daerah masih juga menyisakan beda pemahaman. Pembangunan daerah itu membangun daerah secara fisik agar semua fasilitas tersedia di daerah atau membangun masyarakat daerah agar bisa berinisiatif memajukan daerahnya ?
Jika yang dilaksanakan adalah pemahaman pertama, maka kondisi daerah mungkin semakin maju dan lengkap fasilitasnya. Namun kemajuan itu tak mampu menahan laju migrasi penduduknya untuk tetap ke luar daerah dengan alasan sederhana, mencari kerja. Coba sekarang kita tengok ke desa-desa. Ada berapa orang pemuda yang bisa kita temui ? Tidak laki-laki, tidak perempuan, usai menyelesaikan pendidikan tingkat SMU/SMK umumnya mereka akan segera bermigrasi ke kota, mencari kerja. Tidak adakah lapangan kerja di desa ?
Sawah yang terbentang masih luas, demikian pula tanah pekarangan yang tersedia tidaklah sempit. Semuanya sebenarnya menunggu sentuhan kreativitas pemuda yang pendidikannya sudah jauh lebih tinggi dibanding orang tuanya. Apa boleh buat pendidikan malah melahirkan mentalitas pekerja. Hasilnya orang terdidik lebih memilih menjadi pekerja daripada petani.
Seharusnya dengan pendidikan yang lebih tinggi, pertanian bisa dilaksanakan dengan modern sehingga bisa menjadi aktivitas yang membanggakan sekaligus menghasilkan. Bagi daerah-daerah yang berbasis pertanian sebagaimana umumnya di Indonesia, arah pembangunan daerah yang seperti inilah yang perlu dilakukan. Bagaimana membuat pertanian kian maju dan modern sehingga bisa memperluas lapangan kerja. Bukan mustahil akan terjadi arus balik migrasi, dari kota pindah ke desa. Entah kapan bisa terwujud ...
3 komentar:
saya banyak mendengar nama harum mas dari simbah putri...saya kemarin maen kesana...jika berkenan, saya ingin berguru pada njenengan mas...dan jika di izinkan saya adalah calonnya kemenakan njenengan..siti fatimatuz zahroh....mampir di blog saya mas...www.aguswibowo82.blogspot.com..............salam .Agus Wibowo yogyakarta.
Ya setiap Ibu tentu akan cerita yg baik2 ttg anaknya. Setiap orang punya pengalaman dan pengetahuan yg berbeda, sehingga semuanya saling melengkapi. Mengenai rencana pernikahan, selama ayahnya Fatimah sudah mengijinkan ya silahkan. Saya kan saudara ibunya, tidak memiliki hak perwalian untuk menikahkan. Sebaiknya tidak perlu ditunda2.
terimakasih pak...ini juga lagi nabung buat nikah, semoga besuk dek zahra bisa dihidupi lewat tulisan...semoga saya bisa meneladani bapak...nuwun. agus82wb@yahoo.com
Posting Komentar