"Posisi menentukan prestasi !" begitu umumnya orang sering mengatakan. Meskipun kedengarannya bijak, jika dikaji lebih mendalam kalimat ini cenderung menjadi dalih bagi orang-orang yang kurang berprestasi. Atau setidaknya, kalimat ini berkesan hendak mengurangi penghargaan terhadap orang yang berprestasi. Menganggap yang berhasil mereka raih sebagai suatu hal yang lumrah. "Kan posisi menentukan prestasi !"
Benarkah ? Jika kita pelajari orang-orang yang berprestasi. Nyatalah, bahwa meski posisi merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi prestasi seseorang, tetap faktor manusialah yang lebih utama.
Contoh sederhana di dunia sepak bola. Logikanya, striker (penyerang) yang akan menjadi pencetak gol terbanyak. Itu kalau mengikuti hukum "posisi menentukan prestasi". Ternyata, hal itu tidak sepenuhnya benar. Kalau anda fans berat Mancester United tentu kenal dengan Wayne Rooney, Carlos Tevez dan Christiano Ronaldo (CR-7). Meski posisi CR-7 adalah pemain tengah, nyatanya di musim kompetisi 2007/2008 CR-7 yang keluar sebagai top skor Liga Inggris dengan 19 gol. Sementara Wayne Rooney dan Carlos Tevez yang posisinya justru penyerang menghasilkan gol yang lebih sedikit, Rooney dengan 6 gol dan Tevez dengan 11 gol.
Posisi penyerang memang memiliki keuntungan dan kerugian jika dikaitkan dengan kemampuan mencetak gol. Karena dengan posisi penyerang akan disuplai oleh pemain lainnya dengan umpan-umpan yang siap dilanjutkan menjadi gol. Tapi posisi penyerang juga bisa merugikan karena bisa menjadi fokus penjagaan lawan yang membuat ruang geraknya kurang leluasa. Ketika yang terjadi seperti ini, maka pemain tengah dan bahkan pemain belakang pun bisa mencetak gol, karena terlepas dari penjagaan dan perhatian pemain lawan. Bagaimana Maradona mencetak gol ke gawang Inggris pada perempat final Piala Dunia 1986 adalah contohnya. Peristiwa yang dengan nyaris sempurna juga ditiru oleh Leonel Messi di Barcelona. Menggiring bola, melewati 6 pemain lawan dan mencetak gol. Dalam taktik sepakbola istilahnya adalah "coming from behind".
Jadi, jangan percaya 100 % dengan prinsip "posisi menentukan prestasi". Apapun posisi kita, prestasi tetap harus diraih. Pesan ini juga pantas menjadi pegangan bagi para caleg yang akan bertarung pada Pemilu 2009 nanti. Keputusan MK membatalkan pasal 214 UU Pemilu harus memberi darah segar bagi perjuangan dalam pemilu. Berapapun nomor urutnya, yang penting harus berhasil mendulang banyak suara. Meskipun memulai dari tidak dikenal dan tidak diperhitungkan bukan suatu hal yang mustahil kemudian leading dalam meraih suara. Tentu saja kalau intensif menyapa konstituen. Biarkan caleg-caleg yang lebih senior, lebih dahulu dikenal merasa sudah menang sebelum perang. Bagaimanapun kecenderungan perilaku pemilih tidak bisa ditebak dengan tepat. Peluang selalu ada.
Tak hanya dalam pemilu legislatif. Dalam pemilu presiden atau pilkadal pun demikian. Anda tertarik juga untuk maju sebagai kandidat ? Bisa saja meniru taktik dalam sepakbola "coming from behind". Tidak perlu takut dengan kandidat yang lebih dulu terkenal, memiliki sumber dana tak terbatas. Tidak ada jaminan bisa menang. Seperti dalam sepakbola yang memungkinkan bukan penyerang menjadi top skor, dalam pemilu pun calon tak dikenal bisa saja menang. Selamat membuktikan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar