Pintar Matematika
Dalam sebuah pertemuan ilmuwan tingkat dunia, terjadi dialog antara seorang ilmuwan Barat dengan ilmuwan
“Mengapa kasus korupsi di
“Itu karena orang
“Tapi banyak juga koruptor yang ditangkap dan diadili ya ?”
“Mereka yang diadili umumnya punya kelemahan, kurang pintar membagi. Mereka yang tidak tertangkap bukan berarti tidak korupsi, tapi mereka mungkin lebih pintar membagi.”
Partai Terkorup
Ketika seorang tokoh menyatakan partainya paling korup di antara partai lain, spontan ditanggapi rekan-rekan pengurus partainya. Sebuah stasiun TV ternama mengadakan wawancara khusus membahas masalah tersebut dengan seorang pakar korupsi.
Reporter TV : Umumnya pengurus partai menganggap pernyataan tersebut terlalu mengada-ada ?
Pakar Korupsi : Ya, karena sebelumnya memang tidak ada yang berani membuat pernyataan seperti itu.
Reporter TV : Tapi para pengurus lainnya menyatakan siap diperiksa berkaitan dengan pernyataan tokoh tersebut ?
Pakar Korupsi : Itu artinya mereka sudah menyiapkan dana untuk mengatur pemeriksaan.
Reporter TV :
Pakar Korupsi : Mereka menganggap tokoh tersebut tidak bisa memanfaatkan posisi sebagai pengurus partai. Mereka merasa bisa untuk itu, jadi mereka ingin menggantikan tokoh tersebut.
Reporter TV :
Pakar Korupsi : Di mana-mana koruptor akan bersatu dengan koruptor lain untuk melawan gerakan anti korupsi !
Mencegah Orang Korupsi
Mengikuti topik aktual yang tengah berkembang tentang KKN, Ustadz Abdul Hakim menyinggung masalah korupsi ketika memberikan siraman rohani di sebuah instansi pemerintah.
“Menurut ajaran agama korupsi itu seperti halnya mencuri merupakan perbuatan dosa, karena itu harus dihindari. Mencegah orang korupsi akan mendapat pahala. Semakin banyak orang yang kita cegah untuk korupsi akan semakin banyak pahala yang diperoleh,” jelas ustadz. Semua yang mendengarkan mengangguk-angguk termasuk Pak Abdul Fulus, bos intansi tersebut.
Sebulan kemudian Pak Abdul Fulus datang menemui Ustadz Abdul Hakim.
“Ustadz saya telah menjalankan apa yang ustadz ajarkan.”
“Maksud Bapak ?”
“Para pegawai di kantor saya sudah terlanjur biasa korupsi. Meski sudah diberi ceramah oleh ustadz tidak juga berubah, maka saya kemudian mengambil tindakan tegas.”
“Tindakan apa yang Bapak lakukan.”
“Agar para pegawai tidak korupsi maka pos-pos dana yang biasa mereka korupsi langsung saya korupsi sendiri sehingga tidak ada lagi pegawai yang bisa korupsi.”
Do’a Seorang Koruptor
Setelah diadili karena kasus korupsi, mendadak Abdul Fulus rajin belajar agama secara privat kepada Ustadz Abdul Hakim. Agas bisa tabah menjalani cobaan yang tengah dialaminya, Abdul Fulus minta ustadz mengajarinya berbagai macam do’a. Dari sekian banyak do’a yang diajarkan ustadz, ada satu do’a favorit dan paling sering dibaca Abdul Fulus, yaitu “Robbii adkhillnii mudkhola sidqii wa akhrijnii mukhroja sidqii waj’allii min ladunka sulthonan nashiiro.” (Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan aku dari tempat keluar yang benar. Dan adakanlah dari sisi-Mu kekuasaan yang menolongku).
Yang dipahami Abdul Fulus dari penjelasan ustadz tentang do’a ini dalam konteks dirinya adalah agar ia kelak bisa mengakhiri karir dengan baik di instansinya sebagaimana ia dulu memulai karir dengan baik. “Datang nampak muka, pergi nampak punggung,” kira-kira seperti kata-kata bijak itulah Abdul Fulus menghendaki perjalanan karirnya. Karena itu setiap saat rajin sekali ia berdo’a.
Ketika saatnya pengadilan menjatuhkan vonis, ternyata Abdul Fulus divonis 3 tahun dan segera masuk tahanan. Abdul Fulus mengadu kepada Ustadz Abdul Hakim, “Tuhan tidak mau mendengar do’aku.”
“Do’a apa yang kamu baca ?”
“Robbii adkhillnii mudkhola sidqii (Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar).”
“Kamu keliru, justru Tuhan telah mengabulkan do’amu. Dasar koruptor, do’a yang kuajarkan pun engkau korupsi.”
Keluarga Koruptor
Untuk keperluan pembangunan gedung baru di sekolah, setiap siswa diminta sumbangan Rp 100 ribu. Kepada Bu Joko, ibunya, Anto memberitahu kalau harus membayar uang gedung sebesar Rp 200 ribu. Bu Joko menyampaikan kepada Pak Joko, bahwa Anto harus membayar uang gedung sekolah sebesar Rp 400 ribu. Karena sedang tidak punya uang cash, Pak Joko kemudian membeli peralatan untuk keperluan kantor seharga Rp 800 ribu, namun ia meminta toko menuliskan harganya Rp 1,6 juta.
Diskusi Pemberantasan Korupsi
Berikut rangkuman pendapat berbagai pihak tentang langkah-langkah yang dinilai bisa efektif untuk memberantas korupsi.
Pegawai : Naikkan gaji sepuluh kali lipat.
Pejabat : Perbanyak tunjangan jabatan.
Anggota Parlemen : Perketat perencanaan anggaran.
Aktivis LSM : Tingkatkan peran serta masyarakat dalam mengontrol pelaksanaan pembangunan.
Ahli Hukum : Hukum koruptor seberat-beratnya.
Ahli Agama : Tingkatkan pembinaan mental para pegawai.
Petugas Pajak : Pungut pajak khusus untuk para koruptor.
Koruptor : Hilangkan istilah korupsi, ganti dengan pendapatan lain-lain di luar gaji atau istilah lain, yang penting bukan korupsi !
Hanya Mengarsip
Baru setahun ditempatkan di bagian keuangan, Abdul Fulus sudah diperiksa dengan tuduhan korupsi. Pengeluaran kantor membengkak dan setelah diusut diduga Abdul Fulus melakukan mark up.
Achmad Marzoeki
1 komentar:
wka....kakak. bangsa kita tak pernah membuat prestasi kecuali menjadi urutan teratas dalam hal korupsi
Posting Komentar