Oleh: Achmad Marzoeki
"Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit ...”
(QS. Ali ‘Imran: 133-134)
(QS. Ali ‘Imran: 133-134)
Predikat orang bertakwa sebagai tujuan ibadah puasa, memiliki beberapa ciri. Di antaranya seperti disebutkan dalam firman Allah SWT tersebut di atas. Ayat ini lebih memperjelas salah satu ciri orang bertakwa yang disebutkan juga dalam Surat Al Baqarah ayat 3, yaitu “...menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah ZIS (zakat, infak dan shadaqah). Bedanya, zakat dan shadaqah diberikan oleh orang yang mampu mencukupi kebutuhannya, sementara infak bisa saja diberikan oleh orang yang tengah mengalami kesempitan, situasi di mana kebutuhannya sendiri belum tercukupi tapi tetap mau membagi sebagian rezekinya untuk orang lain. Kemauan berbagi ini didasari keyakinan orang yang bertakwa, bahwa pada hartanya terdapat hak untuk orang miskin (QS. Adz Dzariyat: 15-19). Sehingga sedikit atau banyak harta yang ada pada dirinya, cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhannya, tetap ada hak bagi orang miskin yang harus diberikannya.
Dengan prinsip tersebut, maka semestinya tidak akan ada orang kelaparan yang bisa ditemukan di sekeliling orang bertakwa. Manakala melihat ada orang kelaparan, sudah pasti orang yang bertakwa akan membagi rezeki, berapapun yang dimilikinya. Jadi apabila di suatu tempat masih ditemukan ada orang yang kelaparan, menjadi indikator belum adanya masyarakat di tempat itu yang layak menyandang predikat orang bertakwa. Walaupun di antara mereka terdapat orang yang rajin berpuasa atau bahkan sudah haji pula.
Kepedulian sosial, menjadi sesuatu yang melekat dalam diri orang bertakwa. Karakter itu mestinya kian menguat setelah diasah melalui ibadah puasa, merasakan sendiri lapar dan dahaganya orang miskin. Sehingga mereka tak akan membiarkan orang-orang di lingkungannya sampai harus meminta-minta, akibat tak tahan menderita kelaparan tanpa ada yang mau mengulurkan bantuan. Fenomena yang sering kita lihat di setiap hari Jum’at dan bulan Ramadhan. Mari tengok kanan-kiri, barangkali ada yang memerlukan uluran tangan kita. Jangan sampai jumlah pengemis di lingkungan kita terus bertambah, padahal sudah berulang kali kita berpuasa. Na’udzu billahi min dzaalik.
Penulis adalah anggota Dewan Pakar Desan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen.
Kebumen Ekspres, Senin, 6 Juli 2015 hal 1.