Jumat, Januari 07, 2011

Memotivasi Kebangkitan Seni Teater Kebumen


Antusiasme masyarakat untuk berkesenian, khususnya seni teater, sebenarnya cukup besar di Kebumen. Hal ini bisa dilihat dari bermunculannya kelompok dan komunitas teater, baik di lingkungan sekolah, perguruan tinggi maupun umum. Wadah bagi para pegiat teater juga sudah ada, yakni Forum Pekerja Seni Teater (FOPSET) Kebumen yang dirintis anggota Sanggar Ilir Imakta (Ikatan Mahasiswa Kebumen di Jogjakarta) seperti Anto Batossae dan Putut AS dengan dukungan dari pegiat teater Kebumen Sahid El Kobar (Teater Gerak STAINU). Kendala utama terletak pada tiadanya tempat yang representatif untuk mementaskan teater.

Kabupaten Kebumen yang mengusung slogan Beriman (Bersih, Indah dan Manfaat) sampai saat ini belum memiliki gedung kesenian atau sejenisnya. Karena itu agar bisa menghadirkan panggung yang bisa memenuhi tuntutan artistik dan efek pencahayaan bagi sebuah pementasan teater, gedung yang dijadikan tempat pertunjukkan dindingnya mesti ditutup dengan kain hitam. Dan lagi-lagi fasilitas seperti ini juga belum semuanya ada di Kebumen. Alhasil setiap kali membuat pementasan teater mesti meminjam peralatan dan perlengkapan panggung sampai ke Purworejo dan bahkan Yogyakarta.

Kendala ini tak menyurutkan langkah FOPSET untuk menghadirkan media berekspresi bagi komunitas teater yang ada di Kebumen. Gelar Panggung Teater (GPT) digagas Fopset sebagai sarana unjuk kemampuan para pekerja teater Kebumen dan sekitarnya. Yang sudah dilaksanakan dua kali, yakni 9-10 Januari tahun 2009 di Aula SMP/SMA Masehi dan 15-16 Januari 2010 di Gedung PGRI Kebumen. Beberapa kelompok yang ikut menyemarakkan acara tersebut antara lain : Komunitas Seni Kreatif Guyub Larak dan Wayang Kartun Slamet SR, Sekolah Rakyat Melubae, Teater Gerak (STAINU), Teater SPENVEN (SMPN 7 Kebumen), Komunitas Story Telling (SMP Muhammadiyah 2 Kebumen), Teater Kelir (SMAN Klirong), Komunitas Mata Baca Al Furqon (Humam Rimba), Teater Ego dan lain-lain.

Respon masyarakat Kebumen cukup bagus terhadap pementasan teater. Namun di sisi lain menurut pegiat FOPSET Putut As., penyelenggaraan GPT masih minim dukungan finansial baik dari Pemkab Kebumen maupun sponsor swasta. Sehingga masih harus mengandalkan donatur perorangan yang peduli dengan perkembangan teater di Kebumen. Kondisi ini memunculkan semacam kegelisahan di kalangan pegiat FOPSET, akan masa depan kegiatan teater di Kebumen.

Festival Teater Kebumen
Aspirasi yang berkembang di kalangan pekerja teater Kebumen awalnya sederhana saja, minimal ada even tahunan pentas teater di Kebumen. Dengan demikian ada media bagi komunitas teater yang ada untuk unjuk kemampuan dan mengasah penampilan sekaligus lebih memasyarakatkan teater di Kebumen. Harapannya apabila ada festival atau lomba di tingkat provinsi atau di daerah lain bisa meraih prestasi. Terbukti dalam beberapa even kelompok teater dari Kebumen bisa meraih prestasi bagus. Teater Ego menjadi Juara 3 Lomba Dramatisasi Puisi yang diselenggarakan Kelompok Peminat Seni Sastra (Kopissa) Purworejo, April 2010 dan Teater Kelir (SMAN Klirong) yang disutradarai Putut AS berhasil menjuarai Festival Drama Bahasa Jawa tingkat SLTA se Jawa Tengah, 12-14 Nopember 2010 di Unes Semarang.

Beragam gagasan bergulir dan terjadilah dialog yang semakin intensif antara FOPSET dengan berbagai pihak, termasuk dengan Majelis Kajian Peradaban dan Budaya (MASJID RAYA), LSM yang didirikan Kang Juki (Kontributor KHAlifah) di Kebumen. Muncullah kemudian gagasan untuk menyelenggarakan Festival Teater Kebumen (FTK). Agar ada motivasi yang lebih kuat pada setiap kelompok teater dalam mempersiapkan pementasannya. Sebelumnya MASJID RAYA juga ikut mendukung penyelenggaraan Festival Film Indie Kebumen yang diselenggarakan atas kerja sama Blue Production dan Ratih TV Kebumen pada tanggal 24 Juni s.d 11 Juli 2010.

Semula penyelenggaraan FTK direncanakan pada bulan Oktober 2010 dikaitkan dengan peringatan Sumpah Pemuda dan menjadikan bulan Oktober sebagai bulan bahasa dan budaya. Namun karena beberapa pertimbangan diundur pelaksanaannya menjadi tanggal 26 s.d 28 Nopember 2010. Kepanitiaan pun segera dibentuk dan informasi kegiatan disosialisasikan. Sambutannya luar biasa. Untuk kategori SLTA yang hanya mencakup wilayah Kabupaten Kebumen, ada 13 peserta yang mendaftar, yakni MAN 1 Kebumen, MAN 2 Kebumen, MAN Gombong, MAN Kutowinangun, SMAN Rowokele, SMAN 2 Kebumen, SMAN Klirong, SMKN Karanganyar, SMKN 2 Kebumen, SMK Ma’arif 4 Kebumen, SMK Batik Sakti 1 Kebumen, SMK Nawa Bhakti Kebumen dan Saka Panduwisata (Pramuka). Sementara kategori umum yang diperuntukkan bagi wilayah eks Karesidenan Kedu dan eks Karesidenan Banyumas ada 7 kelompok yang mendaftar, 4 dari Kebumen, 2 dari Purworejo dan 1 dari Purwokerto. Sehingga total peserta FTK ada 20 kelompok. Melebihi target panitia yang semula hanya memperkirakan 6-7 peserta untuk masing-masing kategori.

Sayangnya FTK yang direncanakan memperebutkan Piala Bupati Kebumen, kurang mendapat respon dari pihak Pemkab Kebumen. Panitia yang mengajukan permohonan bantuan Piala Bupati Kebumen terkesan hanya di-ping-pong. Sampai kegiatan FTK selesai diselenggarakan, tak sesen pun bantuan Pemkab Kebumen menetes. Dengan sedikit berseloroh Ketua Panitia FTK M Chabib Muslim menanggapi hal ini, “Alhamdulillah Pemkab Kebumen memberi kesempatan kita untuk mandiri, sehingga FTK yang semula akan memperebutkan Piala Bupati diganti menjadi Piala Bukan Bupati.”

Upaya menggandeng pihak swasta untuk menjadi sponsor juga tidak mudah. Kalangan swasta masih memandang sebelah mata, belum melihat pentas teater bisa dijadikan sarana promosi yang efektif. Bagaimanapun juga the show must go on. Dengan berbagai upaya, FTK yang bertempat di Gedung Haji Kebumen berhasil terselenggara dengan baik dan cukup menyedot animo masyarakat untuk menyaksikannya. Pementasan teater selama FTK yang berlangsung dua hari dua malam tak pernah sepi dari penonton. Pagi, siang dan sore jadwal pementasan untuk kategori SLTA dan malamnya untuk kategori umum.

Untuk menjamin netralitas penilaian, juri didatangkan dari luar, kecuali untuk tingkat SLTA, salah seorang juri berasal dari FOPSET sendiri yakni Hasbilah Rifai (Teater Ego). Juri lainnya adalah Salim MD (Sanggar Sunan UIN) dan Retno Budi Ningsih (alumni ISI Jogja dan free lancer di PDS HB Yasin, Jakarta). Sedangkan juri untuk kategori umum Selain Salim MD dan Retno Budi Ningsih, ditambah dengan Uki Bayu Sejati (Ketua Komunitas Sastra Bulungan, Jakarta).

Momentum Kebangkitan
Sebelum mengumumkan hasil penjurian, pada hari Ahad, 28 Nopember 2010, para juri memberikan ulasan atas penampilan seluruh peserta sekaligus memberikan work shop teater secara singkat kepada para guru pembina dan siswa. Secara khusus juri kategori SLTA memberikan apresiasi kepada penataan artistik (SMK Ma’arif Kebumen), pemeran Lena (MAN Kutowinangun) dan konsep penyutradaraan (SMAN Rowokele). Ketiganya akhirnya meraih penghargaan terbaik di bidangnya.

Hasil dari FTK sendiri cukup mengejutkan, selain meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik atas nama Sri Amar S. Luguy, S.Pd, SMAN Rowokele yang datang dari ujung Barat Kebumen, berhasil meraih gelar Juara I Penampil Terbaik. Sedangkan Juara II dan III adalah SMK Ma’arif 4 Kebumen dan SMAN Klirong.

Salah seorang juri, Hasbilah Rifai menilai umumnya peserta masih lemah dalam mengolah peran dan mengemas sajian agar enak ditonton. Belum nampak keberanian mengksplorasi gagasan untuk menghasilkan kejutan yang menarik dalam pementasan, agar tidak terasa hambar dan datar saja. Dalam olah vokal juga masih terkesan asal keras dan terdengar monoton, sementara artikulasi, intonasi dan degradasi kurang diperhatikan.

Untuk kategori umum, dari 4 teater Kebumen yang mengikuti FTK, hanya Teater STTOLGTA yang menyelamatkan muka teater Kebumen dengan meraih Juara III penampil terbaik. Sementara Teater Gerak (STAINU), Teater Tetrasa (STIE Putra Bangsa Kebumen), dan Teater Bahrul ‘Ulum (Kutowinangun) terpaksa harus gigit jari karena penghargaan lainnya diboyong keluar Kebumen. Juara I dan II masing-masing diraih Teater Surya (Universitas Muhammadiyah Purworejo) dan Komunitas Tater Purworejo. Sutradara terbaik Haryanto D.J. (Komunitas Teater Purworejo), aktor/aktris terbaik Ambarsari (Teater Surya) dan artistik terbaik Lupus Adi Kusuma (Teater Jodo, Purwokerto).

Eni Kustini, S.Pd, guru pembina dari MAN 1 Kebumen berharap FTK bisa digelar tiap tahun dan diselenggarakan terpisah antara kategori pelajar dan umum. Beberapa kelemahan yang disebut dewan juri, menurutnya karena persoalan jam terbang para peserta. Jika mereka diberi kesempatan untuk lebih sering tampil, mestinya kemampuan mereka akan semakin terasah dengan baik. Karena itu banyak pihak yang berharap FTK 2010 bisa menjadi meomentum kebangkitan teater di Kebumen.

Senada dengan itu, saat memberikan sambutan penutup atas nama MASJID RAYA, Kang Juki mengajak para pegiat teater Kebumen baik yang berbasis sekolah, perguruan tinggi maupun umum, untuk membuat pentas bulanan. Jika bisa dikemas menarik dan mengundang antusiasme penonton tentu akan menarik pihak swasta untuk menjadi sponsor. Bukan tidak mungkin juga, hal ini bisa mendorong Pemkab Kebumen membangun gedung kesenian atau Taman Budaya Kebumen untuk menampung kegiatan seni budaya di Kebumen.

Agaknya, Kang Juki ingin menunjukkan, bahwa menjadi motivator tidak terbatas hanya dalam pelatihan atau melalui tulisan saja. Menjadi motivator dan melibatkan diri dalam rangkaian proses suatu aktivitas atau participatory action motivator (PAM) diharapkan bisa memberi kemajuan yang lebih signifikan.

Laporan Nurnakhudin Ibnu Ramli, Ketua Majelis Kajian Peradaban dan Budaya (MASJID RAYA) Kebumen.

Majalah Motivasi dan Inspirasi KHAlifah Edisi 30, Januari 2011

Terapi Hijrah


“Bad mood !” tulis seorang teman dalam status facebook-nya. Teman lainnya menulis, “Bete ...” atau “Jenuh !”. Ungkapan senada dengan berbeda istilah dalam beragam bahasa acapkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Intinya mengungkapkan kondisi pribadi seseorang yang sedang mengalami stagnasi, tidak mampu melakukan aktivitas yang produktif. Penyebabnya beragam, bisa pengaruh negatif yang tak kunjung bisa dihindari seperti rutinitas yang menjemukan, lingkungan yang tidak kondusif, mitra kerja yang miskin dukungan, team work yang amburadul, sampai hasrat kompetisi yang tak tersalurkan karena kehabisan tantangan atau tiadanya kompetitor sepadan.

Hampir semua tokoh besar pernah mengalami keadaan seperti itu. Nabi Muhammad SAW bersama sahabatnya sekian lama berdakwah di Mekkah, tak juga mendapatkan hasil memuaskan. Terlalu banyak hambatan yang nyaris membuat para sahabat berputus asa. Demikian juga dengan Nabi-Nabi sebelumnya beserta para pengikut mereka. Menghadapi situasi yang tidak kalah sulitnya, sehingga terlontarlah pertanyaan mereka “mataa nashrullah (di manakah pertolongan Allah) ?” (Q.S. Al Baqarah 214).

Apa yang anda lakukan ketika menghadapi situasi seperti itu ? Berdo’a, tentu saja harus dilakukan selaku seorang muslim. “Ya Allah berikanlah yang terbaik buatku.” Do’a seperti itu acapkali kita jumpai juga dalam status facebook seseorang. Tapi langkah apa selanjutnya usai berdo’a ? Perubahan tidak bisa hanya ditunggu. Cobalah terapi hijrah, lakukan perjalanan atau sekadar berpindah tempat beraktivitas. Tak harus ke tempat yang jauh, akan lebih baik ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Bukan untuk lari dari masalah atau bersembunyi, melainkan untuk membuat perbandingan situasi dan menata diri.

Tidak langsung mendapatkan tempat yang kondusif, carilah tempat baru lagi. Ingat Nabi Muhammad SAW tidak sekali hijrah langsung berhasil. Saat mencoba hijrah ke Ta’if situasi tidak menyenangkan justru dialami. Barulah ketika hijrah ke Madinah situasi yang kondusif didapat. Dakwah Nabi mendapat sambutan hangat. Umat Islam menjelma menjadi kekuatan baru yang disegani. Selanjutnya Nabi beserta sahabat bisa kembali ke Mekkah tanpa hambatan berarti.

Anda pun bisa ! Beralih tempat sementara untuk mendapatkan apa yang belum diperoleh di tempat semula. Lanjutkan aktivitas yang tertunda agar semangat dan rasa percaya diri pulih kembali. Biasa menulis di kantor atau hang out di cafe, tiba-tiba inspirasi mandeg ? Jinjing lap top, pergilah ke alam terbuka, di tengah kebun, pinggiran sawah atau tepian sungai. Rasakan kesegaran udara bebas dan cobalah menulis lagi. Atau sebaliknya, bosan di alam bebas dan merasa inspirasi sudah habis ? Pergilah ke tempat yang penuh hiruk pikuk manusia seperti pasar, baik yang modern maupun tradisional. Perhatikan perilaku orang-orang yang ada di sana. Temukan motivasi dan inspirasi dari beragam aktivitas orang lain yang bisa anda amati. Insya Allah ketika anda pulang, tak akan terlontar lagi keluhan “Bad mood !”

Majalah Motivasi dan Inspirasi KHAlifah Edisi 30, Januari 2011