Rabu, Februari 18, 2009

Pembangunan Daerah

Jagong Bareng Kang Juki

Buletin Almansur, 13 Pebruari 2009


Di masa orde baru, pembangunan daerah acapkali menghadirkan beda pemahaman. Pembangunan untuk (kepentingan) daerah atau pembangunan di daerah (entah untuk kepentingan siapa) ? Kini, saat otonomi daerah sudah demikian luas, pembangunan daerah masih juga menyisakan beda pemahaman. Pembangunan daerah itu membangun daerah secara fisik agar semua fasilitas tersedia di daerah atau membangun masyarakat daerah agar bisa berinisiatif memajukan daerahnya ?

Jika yang dilaksanakan adalah pemahaman pertama, maka kondisi daerah mungkin semakin maju dan lengkap fasilitasnya. Namun kemajuan itu tak mampu menahan laju migrasi penduduknya untuk tetap ke luar daerah dengan alasan sederhana, mencari kerja. Coba sekarang kita tengok ke desa-desa. Ada berapa orang pemuda yang bisa kita temui ? Tidak laki-laki, tidak perempuan, usai menyelesaikan pendidikan tingkat SMU/SMK umumnya mereka akan segera bermigrasi ke kota, mencari kerja. Tidak adakah lapangan kerja di desa ?

Sawah yang terbentang masih luas, demikian pula tanah pekarangan yang tersedia tidaklah sempit. Semuanya sebenarnya menunggu sentuhan kreativitas pemuda yang pendidikannya sudah jauh lebih tinggi dibanding orang tuanya. Apa boleh buat pendidikan malah melahirkan mentalitas pekerja. Hasilnya orang terdidik lebih memilih menjadi pekerja daripada petani.

Seharusnya dengan pendidikan yang lebih tinggi, pertanian bisa dilaksanakan dengan modern sehingga bisa menjadi aktivitas yang membanggakan sekaligus menghasilkan. Bagi daerah-daerah yang berbasis pertanian sebagaimana umumnya di Indonesia, arah pembangunan daerah yang seperti inilah yang perlu dilakukan. Bagaimana membuat pertanian kian maju dan modern sehingga bisa memperluas lapangan kerja. Bukan mustahil akan terjadi arus balik migrasi, dari kota pindah ke desa. Entah kapan bisa terwujud ...

Selasa, Februari 10, 2009

The Man Behind The Fund

Jagong Bareng Kang Juki
Buletin Almansur, 6 Pebruari 2009


Ada sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan, yang konon sering jadi tempat nongkrong para kepala daerah (Gubernur, Bupati/Walikota). Apa yang mereka lakukan ? Lobi. Besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang akan diperoleh setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota konon bisa dinegosiasi. Mungkin, begitu pula dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). Syukur-syukur ada juga investor yang ikut nongkrong sehingga bisa ikut dilobi juga.

Namanya juga lobi, tidak sekali dua ketemu melahirkan kata sepakat. Sehingga tak cukup sehari pula para kepala daerah itu berada di Jakarta. Bahkan mungkin juga tak cukup sebulan sekali mereka pergi ke Jakarta, alias meninggalkan daerah yang dipimpinnya. Bisa jadi lobi membuahkan hasil DAU dan DAK meningkat, plus ada investor yang bisa digaet. Entah berapa persen peningkatannya dan berapa besar nilai investasinya, seban-ding dengan besarnya biaya lobi atau tidak, sepertinya dianggap tidak penting.

Dana dan investasi memang penting untuk membangun daerah, sehingga hampir semua kepala daerah berjuang keras untuk mendapatkannya. Namun meski penting bukanlah yang paling penting. Yang lebih penting adalah pengelola dana dan investasi tersebut, yakni manusianya. Kalau hanya terfokus pada besarnya dana, bisa jadi berapapun besarnya akan sia-sia. Karena rendahnya kualitas manusia yang mengelolanya, baik dari sisi mental, pengetahuan maupun ketrampilannya. Yang terjadi kemudian adalah korupsi atau minimal inefisiensi.

Karena itu perhatian terhadap kualitas manusianya jauh lebih penting. Dulu Indonesia akhirnya meraih kemerdekaan antara lain juga karena faktor the man behind the gun (manusia pemakai senjatanya). Maka keberhasilan dalam mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan antara lain juga akan dipengaruhi faktor the man behind the fund (manusia pengelola dananya). Mudah-mudahan para pemimpin bangsa ini menyadari untuk kemudian melakukan tindakan nyata.

Kamis, Februari 05, 2009

R - O - K - O K

MEROKOK adalah simbul kekejaman ...
Setelah dibakar, dihisap lalu ditekan atau diinjak sampai mati dan dibuang ...

Berhenti merokok selagi bisa ...


ROKOK adalah belenggu ...
Penghambat kreatifitas
Membuat pemerintah merasa tak memiliki alternatif sumber pemasukan selain dari cukai tembakau
Membuat petani merasa tak memiliki alternatif tanaman lain kecuali tembakau
Membuat pencari kerja merasa tak memiliki alternatif lain kecuali menjadi buruh pabrik rokok
Membuat para aktivis merasa tidak memiliki alternatif lain mencari sponsor kecuali perusahaan rokok

Mari sama-sama kita lepaskan belenggu itu
Gunakan otak semaksimal mungkin
Akan terlepaslah belenggu dan terbukalah kreativitas
Banyak alternatif yang bisa dilakukan tidak hanya ROKOK

Tidak perlu percaya, tapi silahkan mencoba ...